Ilustrasi: Brigpol Yosua dan sniper cosplay. |
Dangdutinaja.com | Editorial - Tewasnya Brigadir
Polisi (Brigpol) Nofriansyah Yosua
Hutabarat, sniper divpropam yang merupakan ajudan Kepala Divisi Profesi
dan Pengamanan (Propam) Polri
Irjen Pol Ferdy Sambo pada Jumat (8/7), jika tak segera dapat
mengungkap dan menjawab kejanggalan yang dilihat publik, bisa jadi
"kerikil" di sepatu Kapolri Jenderal Listyo Sigit
Prabowo yang sedang mengusung semangat Polri PRESISI (Prediktif, Responsibilitas dan Transparansi).
Seluruh
mata melihat ke tubuh Polri yang baru saja memperingati HUT ke-76 pada 1
Juli 2022. Pasalnya, tewasnya sang ajudan Kadivpropam, tidak biasa.
Didapat informasi, sniper ini tembakkan tujuh peluru dari pistolnya
namun tak kena sasaran, sebaliknya justru ia terkena empat tembakan dari
jarak dekat di dalam satu ruangan dengan penembaknya, yang dalam hal
ini disebut nama Bhayangkara Dua (Bharada) E.
Lebih aneh lagi dalam
pandangan sebagian publik, kepolisian baru memberikan keterangan
melalui media pada Senin (11/07/2022). Mungkin ada prosedur atau
pertimbangan tertentu karena ini menyangkut internal polri.
Tim gabungan telah dibentuk oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit
Prabowo. Tim ini dipimpin oleh Wakapolri Komjen Pol Gatot
Eddy Pramono yang ditugasi mendapatkan jawaban atas berbagai kejanggalan dalam insiden yang
terjadi di rumah dinas Irjen Pol Ferdy Sambo tersebut.
Tim gabungan terdiri dari Kabareskrim Komjen Pol Agus Andrianto, Inspektur
Pengawasan Umum (Irwasum) Komjen Pol Agung Budi Maryoto, Kabag Intelkam
Komjen Pol Ahmad Dofiri, Asisten Kapolri Bidang SDM (As SDM) Irjen Pol
Wahyu Widada, Paminal, dan Provost dengan melibatkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
dan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).
Sesuai laporan di Polres
Jakarta Selatan oleh istri Kadiv Propam, Putri Candrawathi, tim gabungan
akan melakukan pendalaman yang mengarah ke percobaan pembunuhan dan
ancaman kekerasan terhadap perempuan
(pasal 298 KUHP).
Sebagaimana diketahui, Polri telah merilis kronologi yang menjelaskan peristiwa itu terjadi ketika Putri Ferdy Sambo
(istri Kadiv Propam) berteriak karena Yosua tiba-tiba masuk ke kamar
pribadinya dan menodongkan senjata.
Teriakan itu membuat Bharada E yang sedang di lantai 2 turun menuju
sumber suara.
Melihat kehadiran Bharada E, Yosua panik. Dia melepaskan tembakan ke
arah Bharada E. Tembakan itu kemudian dibalas Bharada E sebanyak lima
tembakan dan empat di antaranya mengenai tubuh Yosua hingga membuatnya
tewas.
Ditambah lagi adanya peristiwa penggantian decoder CCTV pos keamanan kompleks perumahan yang hanya berjarak sekitar 10 meter dari rumah dinas Sambo, keterangan keluarga yang putus kontak dari hp Yosua dengan dugaan peretasan.
Terhadap kejanggalan yang ada, dengan dibentuknya tim gabungan, polri memastikan penanganan kasus itu akan dilaksanakan secara transparan dan diawasi oleh tim khusus tersebut.
”Semuanya tentu harus kita telaah, kita cermati, dan kita tangani secara objektif, transparan, serta menggunakan kaidah-kaidah penyelidikan dan penyidikan,” ucap Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Karena tentu saja Kapolri tidak akan gegabah menutupi sesuatu ditengah komitmennya menciptakan polri yang PRESISI (Prediktif, Responsibel dan Transparansi).
Bagi penyidik, korban mati, CCTV mati, tapi selama nurani dan profesionalismenya tidak mati, maka keadaan jasad dengan berbagai luka yang ditinggalkan dapat dibaca layaknya sebuah cerita yang diuji melalui hipotesa-hipotesa sebelum akhirnya didapatkan kesimpulan paling dapat dipertanggungjawabkan.
Jadi, dukung dan kawal upaya Polri menangani masalah ini dengan cerdas mengontrol diri untuk tidak membuat isu-isu baru, dan tidak asal berkomentar. Deal?
0 Komentar